Friday 9 March 2012

Gadis Galugua Tersandung Biaya Kuliah

INGIN JADI BIDAN DI KAMPUNG TERISOLIR
Sejak ayahnya meninggal dunia pada 2010, cita-cita Siska Ningsih (25) menjadi bidan pertama asal kampung terisolir Jorong Koto Tangah, Nagari Galugua, Kecamatan Kapur IX, Limapuluh Kota, terancam pupus. Ibunya sudah tidak sanggup menyambung biaya kuliah.
Maklum, semasa hidup, ayah Siska yakni Syukri, tidak meninggalkan harta. Padahal, Syukri merupakan mantan Walinagari Galugua. Menurut Siska, gaji bulanan orang tuanya hanya cukup untuk makan tiga kali sehari.
Ketika akan mengakhiri pendidikan semester VI di Akademi Kebidanan Fort De Kock Bukittinggi, niatnya untuk menjadi bidan pertama di kampung yang berjarak 100 kilometer dari Payakumbuh, terbentur. Siska tidak boleh meng-
ikuti praktik komunitas oleh pihak kampus, karena ketiadaan biaya. Akibatnya, selama sepekan terakhir, dia angkat kaki dari Bukittingi.

Karena tidak ingin ‘pil pahit’ itu ikut ditelan ibunya (35) Siska memilih tinggal di rumah kakak angkatnya bernama Ertisniwita, warga Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luhak Limapuluh Kota.
Antara Ertiniswita dan Siska, tidaklah punya hubungan dunsanak. Tapi, kasih sayang Ertiniswita amat besar untuk Siska. Dia sudah menganggap seperti adik kandungnya.
Beruntung, di tengah kegalauan tersebut, Rabu (7/3), Wakil Bupati Limapuluh Kota Asyrwan Yunus memenuhi janjinya untuk membantu pembayaran uang smester Siska.
Melalui orang dekatnya Chairul Hafid, Asyrwan Yunus menyalurkan bantuan Rp2 juta.
“Tadi Pak Wabup menitip pesan, agar memberikan bantuan biaya pendidikan untuk Siska,” sebut Chairul Hafid, di kawasan eks Kantor Bupati, Payakumbuh.
Kendati jumlah bantuan tersebut belum mampu menutup seluruh biaya kuliah Siska, akan tetapi menurut Chairul David, bantuan itu sudah yang ketiga kalinya diberikan Wakil Bupati dan Pemkab Limapuluh Kota.
Sebelumnya, Asyrwan Yunus juga mendatangi kampus Siska. “Ananda harus rajin-rajin kuliah. Tidak boleh sedih,” kata Asyrwan, saat menghubungi Siska via telepon genggamnya sore kemarin.
Ingin membuktikan
Kepada Singgalang, Siska yang waktu itu memakai jaket warna hitam, celana panjang dan kerudung warna putih, lengkap dengan tas lusuh sempat bercerita panjang. Menurut dia, keinginannya untuk kuliah tidak lebih dari pembuktian, kalau anak pelosok juga mampu menjadi seorang bidan. “Belum satupun anak Nagari Galugua yang menjadi bidan. Makanya saya ingin, Da,” sebut dia.
Tidak sampai di sana, faktor lain yang membuat Siska ingin menjadi seorang bidan, karena terkenalnya Nagari Galugua, sebagai nagari pencetak kematian ibu dan anak yang cukup tinggi setiap tahunnya.
“Bahkan, jika ada ibu-ibu yang mau melahirkan, terpaksa memanfaatan jasa dukun. Siska tidak sanggup melihatnya. Siska ingin menjadi bidan. Ingin mengabdi di kampung halaman,” sambung Siska.
Siska punya harapan besar, seandainya dia berhasil keluar dari ‘jeratan’ biaya, maka ia akan diangkat oleh pemerintah sebagai petugas tenaga medis di Galugua.
“Siska ingin di kampung jadi bidan. Biar Siska tidak melihat lagi, ada ibu melahirkan dengan dukun. Biar Siska bisa merawat ibu dan adik-adik. Siska yakin, sejak ayah meninggal, ibu sangat terpukul,” pungkasnya lirih. Air mata Siska jatuh dengan perlahan.
Kendati punya harapan besar untuk menjadi seorang Bidan, Siska saat ini jelas sangat membutuhkan bantuan dermawan. Bagi pembaca yang hendak menyisihkan secuil hartanya untuk membantu biaya pendidikan Gadis Galugua ini, dapat menghubungi Siska ke nomor telepone genggamnya 081275590366.


Artikel Terkait Tentang :

No comments:

Post a Comment