Friday 4 November 2011

Innova Tertimpa, Pelajar Terlantar

M Yamin, Padek—Ancaman banjir besar terus mengintai Padang. Bila perbaikan dan penambahan infrastruktur drainase baru tidak segera dilakukan, ibu kota Sumbar ini semakin tidak nyaman dihuni.       

Lambannya perbaikan saluran drainase menyebabkan banjir di sejumlah tempat setelah diguyur hujan sejak kemarin malam. Dari pantauan Padang Ekspres, banjir hampir terjadi di setiap sudut kota. Bukan saja di kawasan pusat kota, daerah pinggiran pun tidak luput dari genangan air.   

Sejumlah drainase di sepanjang jalan protokol dan permukiman, tidak mampu menampung besarnya debit air setelah diguyur hujan sehari semalam. Air got meluap hingga menggenangi badan jalan.            
 
Di Pasar Raya misalnya. Meski riol mulai dibersihkan, Pasar Raya masih lanyah dan tergenang air.  Aktivitas ekonomi di pasar tradisional terbesar di Sumbar itu nyaris lumpuh. Di Pasar Inpres II-IV terlihat lengang pengunjung karena tergenang air setinggi mata kaki.


Salah seorang pedagang Pasar Inpres I, Rizal,  39, penjual kebutuhan dapur, mengatakan, jika hujan turun, pasar memang sering digenangi air, apalagi di depan kios tempat ia berjualan.

“Saya menduga ini disebabkan drainase di pasar sudah lama tidak berfungsi dan hingga sekarang masih belum ada pengerukan,” katanya.
Ia pun bersama pedagang lainnya mencoba menimbun genangan air di ruas jalan pasar dengan kerikil dan beton-beton bekas pembangunan pasar Inpres I. Namun, air tetap masih tergenang. “Sudah 2 jam saya buka toko, belum ada pembeli,” ujarnya.

Musim hujan juga berdampak pada harga sejumlah komoditas pertanian. Cabai misalnya, naik dari Rp 24-28 ribu per kilogram menjadi Rp 36 ribu.

“Kenaikan harga cabai ini sudah terjadi dalam 3 hari ini. Penyebabnya, curah hujan tinggi. Jadi produksi terhadap cabai menjadi tersendat. Selain itu, susahnya angkutan cabai sering bermuatan sebelah.

Maksudnya, banyak angkutan pulang ke Jawa tidak bermuatan lagi,” kata pedagang cabai, Bujang.
Sementara di SMPN 27 Sungaisapiah, kembali digenangi air sepanjang hari. Akibatnya, aktivitas belajar dan mengajar dihentikan. Dalam lokal belajar genangan air setinggi 10 cm dan di pekarangan mencapai 20 cm. Pemandangan itu terjadi setiap kali hujan deras mengguyur Padang.

Selain drainase, rendahnya letak sekolah dari kawasan sekitarnya, juga akibat saluran air di perkarangan sekolah tidak ada. “Pihak sekolah sudah mengajukan permohonan untuk memperbaiki drainase dan mempertinggi halaman sekolah kepada Pemko, tapi belum ada tanggapan,” kata Kepala SMPN 27 Padang, Syahriar.

Selain banjir, beberapa pohon jalan tumbang. Pohon tumbang menimpa mobil Innova BA 1336 di kawasan Sisingamangaraja, sekitar pukul 05.30, kemarin. Sedangkan di kawasan Sitinjaulaut, telah terjadi beberapa kali longsoran. Namun begitu, masih bisa dilalui kendaraan meski bergantian.

Tahap Perbaikan
Terkait persoalan drainase, Kabid Sumber Daya Air Pekerjaan Umum Padang, Herman mengakui drainase di Padang banyak yang rusak pascagempa dan saat ini masih dalam tahap perbaikan.

“Memperbaiki drainase di Padang, saya akui dananya minim. Untuk itu, kami membuat skala prioritas dan mana yang akan diperbaiki lebih dahulu. Meluapnya air hujan ke jalanan dan menggenang rumah penduduk, karena bak kontrol air banyak yang pecah dan hilang,” jelas Herman.

Dilanjutkan Herman, saat ini Dinas PU Padang hanya memiliki dana Rp 650 juta memperbaiki seluruh drainase yang rusak. Minimnya dana itu, terpaksa belum keseluruhan drainase yang bisa diperbaiki, sehingga genangan air masih terlihat di jalanan Kota Padang.

Diakuinya, saat ini hanya 30 persen drainase yang masih berfungsi, sedangkan 70 persennya telah rusak dan masih perbaikan. “Saat ini proses perbaikan drainase hanya bisa dilakukan di 25 titik,” ungkapnya.

Di Padang Barat, ada 10 titik drainase yang akan dikerjakan tahun ini, di Padang Timur ada lima titik, Padang Selatan dua titik, Nanggalo satu titik, dan Padang Utara tujuh titik.

Di Padang saja, terdapat drainase primer atau yang berada di jalan utama 49.275 km, sedangkan drainase sekunder atau di luar jalan utama sepanjang 29.375 km. Untuk bak penampungan Padang memiliki 5.357 km, tapi bak tampungan itu yang rusak 55 persen.

“Meluapnya air itu, tidak semata hanya kesalahan pemerintah, tapi masyarakat selama ini sering membuang sampah ke selokan sehingga saluran air menjadi macet dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya,” tutur Herman.

Menanggapi buruknya drainase di Padang, Ketua Ikatan Keluarga Kota Padang James Hellyward mengatakan, drainase yang mampet dan sebagian lagi tertutup coran bangunan rumah toko (ruko) mengakibatkan air melimpah ke badan jalan. Genangan air di atas aspal lama kelamaan membuat aspal rusak dan retak.

“Coba lihat di Jalan dan Simpangharu. Coran di depan toko sampai ke badan jalan sehingga drainase menjadi tertutup. Ini daya rusaknya lebih tinggi dari kelebihan tonase. Kalau tidak segera diantisipasi, bisa-bisa semua infrastruktur jalan di Padang ini rusak,” ujar James.

Mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini menambahkan, kerusakan infrastruktur itu akan memiskinkan Kota Padang. APBD, katanya, akan tersedot untuk perbaikan infrastruktur jalan setiap saat. “Kalau tidak APBD Padang, ya APBD provinsi. Status jalannya kan bukan nasional. Ujung-ujungnya APBD kita tersedot ke sana,” tukasnya.

Guru Besar Fakultas Peternakan Unand ini meminta dinas terkait jangan hanya memberikan izin mendirikan bangunan (IMB) tanpa pengawasan. “Setelah diberikan izin, sekali-kali pantau juga ke lapangan. Kalau drainase dia tutup berikan teguran dan bongkar,” ujarnya.  

Imbau Warga Mengungsi
Secara terpisah, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Padang, Budhi Erwanto mengimbau masyarakat yang tinggal di perbukitan diminta untuk mengungsi karena ditakutkan debit air yang tinggi mengakibatkan konstruksi tanah perbukitan labil.

“Kami fokus memantau dan mengawasi kawasan perumahan warga di perbukitan dan rawan banjir. Untuk perbukitan, pengawasan dilakukan di daerah kawasan Teluk Bayur, Seberangpadang, Seberangpangalangan dan dibeberapa tempat lain,” katanya.

Sementara kawasan banjir, tim telah melakukan patroli di kawasan Pondok, Purus, Bypass, Pasie Nantigo, Jati dan beberapa tempat lain. “Kami melakukan pengecekan, dan patroli wilayah yang rawan longsor dengan beberapa elemen atau instansi terkait. Saat ini, seluruh perlengkapan juga telah disiapkan. Diperkirakan, jumlah kekuatan yang dipersiapkan lebih dari 100 orang,” jelasnya.

Siagakan Alat Berat
Di tempat terpisah, Kasat Lantas Polresta Padang Kompol Andiyatna mengatakan, ada beberapa titik rawan longsor. Diperkirakan longsoran akan terjadi di kawasan Sitinjaulaut dan Bungus Teluk Kabung. Saat ini, upaya antisipasi telah dilakukan dan sejumlah anggota telah berada di lapangan untuk melakukan pengaturan.

“Khusus untuk dua tempat itu, saat ini kami telah menyiagakan tiga unit alat berat. Dua alat berat ditempatkan di kawasan Sitinjaulaut, dan satu unit berada di Bungus Teluk Kabung,” ungkapnya.

Khusus untuk Sitinjaulaut, arus kendaraan masih padat, tapi langkah antisipasi telah disiapkan. Saat ini terpaksa dilakukan buka tutup jalan yang mengakibatkan kemacetan. “Walau pun demikian hal itu tidak menjadi masalah demi keamanan para pengendara sendiri,” tukasnya.

Artikel Terkait Tentang :

No comments:

Post a Comment