"Kami solid 6 fraksi, PDI Perjuangan, Golkar, PPP, PKS, Gerindra, dan Hanura," ujar Trimedya di gedung DPR, Jakarta, Jumat 2 Desember 2011.
"Yang lain, bagi kami kalau mau ikut memilih itu bonus. Kami hitung kekuatan kami 35, jadi di atas kertas sudah menang. Kalaupun menambah, itu bonus seandainya PAN dan PKB ikut memilih," ujar Trimedya.
Dengan perhitungan tersebut, keenam fraksi yakin memenangkan jagoannya. PDIP sendiri lebih memilih Bambang Widjojanto dan Abraham Samad. "Memang saat itu, kami sampai siang tadi sebelum jam 12.00 mempertimbangkan antara Bambang dan Abraham untuk jadi ketua," kata Trimedya.
Ternyata, pilihan beberapa fraksi lain juga sama dengan PDI Perjuangan. "Sehabis salat Jumat, kami memutuskan dari komunikasi dengan 4 fraksi, Abraham yang menjadi ketua," kata Trimedya.
Pilihan terhadap Abraham Samad, menurut Trimedya, didasarkan pada pertimbangan rekam jejak dan belum tercemar permainan politik kekuasaan. "Berbagai pertimbangan. Kami berharap orang yang benar-benar belum banyak bersentuhan dengan pusat-pusat kekuasaan. Sehingga, kalau kami lihat track record-nya juga mumpuni dan relatif dia belum terkontaminasi," kata Trimedya.
Mengingat Abraham merupakan praktisi hukum dari daerah yang jauh dari hiruk pikuk permainan politik dan kongkalikong di ibukota Jakarta, maka PDI Perjuangan meyakini bahwa Abraham pilihan yang tepat untuk menjadi pimpinan KPK.
"Dia berasal dari daerah, kami percayakan orang dari daerah sesekali memimpin lembaga yang penting seperti ini," ujar Trimedya.
Soal usia Abraham yang masih muda, yaitu 45 tahun, Trimedya tak mempermasalahkannya. "Dengan segala pertimbangan, kami merasa lebih baik kami percayakan pimpinan KPK kepada beliau. Soal kemampuan teknis, kami sudah sama-sama lihat. Soal pengalaman beracara paling hanya berbeda berapa tahun. Bambang kan 51 tahun, sedangkan Abraham 45 tahun, jadi ya nggak terlalu beda jauh juga," kata dia.
Harapan besar terhadap formasi pimpinan KPK yang baru sekarang adalah mampu menuntaskan proses hukum terhadap kasus-kasus besar yang menjadi soroton utama publik.
"Kami nggak mau ada intervensi, makanya kami bilang kalau bisa selesaikan kasus prioritas pasti dipilih. Kasus prioritas itu Century, cek pelawat, mafia pajak, dan wisma atlet," tutur Trimedya.
No comments:
Post a Comment