Kepala sekolah, wali kelas, dan oknum guru F di SDN Gadel 2, Tandes, Surabaya, terancam mendapatkan sanksi administratif akibat kasus praktik contek massal saat ujian nasional 2011 tingkat SD.
"Kami merekomendasikan ujian nasional di SDN 2 Gadel tidak perlu diulang agar tidak merugikan murid dan orangtua. Namun, Kepala Sekolah sekaligus wali kelas dan guru F perlu mendapatkan sanksi administratif," kata anggota Tim Independen Pemerintah Kota Surabaya, Prof Daniel M Rosyid, di Surabaya, Minggu (5/6/2011).
Kasus itu terungkap setelah orangtua siswa SD Gadel, Ny S, melapor ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya terkait anaknya, AL, yang dipaksa gurunya untuk memasok bahan contekan untuk siswa di tiga kelas pada SD tersebut.
Bahkan, tiga bulan sebelum pelaksanaan UN, AL sudah didoktrin gurunya agar patuh memberi contekan dengan alasan membantu teman dan membalas budi guru.
Hal itu dilakukan karena dari hasil try out diketahui bahwa 25 persen dari 60 siswa kelas VI di sekolah itu kemungkinan tidak lulus.
Dalam laporan itu, Ny S menyesalkan tindakan sekolah yang mengajari anaknya untuk tidak jujur, padahal dia sudah bersusah payah mengajari anaknya untuk jujur dan sudah bekerja keras untuk menyekolahkan anaknya.
Namun, AL dikabarkan tidak ikhlas dengan "perintah" gurunya. Oleh karena itu, ia terpaksa melakukannya dengan cara tidak sepenuhnya mengikuti "perintah" tersebut.
Wakil Ketua MPR Lukman Hakim memuji keberanian Siami, Ibunda AL, siswa yang yang melaporkan insiden nyontek massal saat ujian nasional di SDN 2 Gadel, Surabaya, April lalu.
Lukman juga mengaku prihatin dengan peristiwa pengusiran keluarga ini dari kampungnya sendiri. Padahal, kata politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini, langkah Siami merupakan cermin kejujuran dan keluhuran budi yang masih tersisa dari masyarakat Indonesia.
"Kejadian di Surabya itu sangat menggugah rasa kemanusian kita. Bahwa kejujuran itu justru malah dikucilkan dan diusir dari rumahnya. Seharusnya diapresiasi dan mendapat kehormatan," kata Lukman kepada wartawan di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Rabu, (15/6/2011).
Menurut dia, saat ini bangsa Indonesia tengah kekurangan tokoh yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur seperti kejujuran dan keberanian. "Ini momentum, harus diapresiasi dan butuh banyak figur seperti ini," ujarnya.
Kendati demikian, Lukman juga tidak sepenuhnya menyalahkan tetangga-tetangga Siami yang mengucilkan dan mengusir keluarga ini. Menurut dia, masyarakat hanya tersulut emosi melihat sikap tidak terpuji yang ditujukan wali kelas dan Kepala SDN 2 Gadel.
No comments:
Post a Comment