Sunday 29 March 2015

Risma Masuk 50 Pemimpin Terhebat Dunia, Ini Kelemahannya

Sosiolog Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, mengatakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mempunyai kelebihan dengan kombinasi kerja gaya formal dan informal. Hanya saja, Risma dianggap belum menunjukkan maskot program untuk masyarakat menengah ke bawah.


"(Program untuk masyarakat miskin) belum kelihatan dibandingkan taman kota," kata Bagong kepada Tempo, Jumat, 27 Maret 2015.

Menurut Bagong, Risma bisa keluar dari kepompong kinerja birokrasi. Risma mampu mengembangkan kinerja informasi yang sifatnya menyapa masyarakat dan memberikan keteladanan langsung. Hal itu menjadi gaya baru kepemimpinan yang membedakan Risma dengan bupati atau wali kota lain.

Apresiasi itulah yang disampaikan Bagong ketika menanggapi terpilihnya Risma dalam daftar 50 pemimpin terbaik dunia versi majalah Fortune, 26 Desember 2015.

Namun Bagong memandang Risma masih berkutat pada taman kota dan e-procurement. Dua program tersebut terkesan lebih bermanfaat untuk masyarakat menengah ke atas. Sedangkan untuk masyarakat miskin, Risma belum menunjukkan gaungnya.

Di kalangan masyarakat menengah ke bawah, urusan yang mendesak bukan soal kenyamanan kota. Melainkan kepastian mata pencaharian dan pendapatan yang lebih baik. Soal ini, Bagong belum mendengar program dari Risma.

Kalaupun ada program penutupan Dolly yang berdampak secara sosial ke masyarakat, tapi dinilai Bagong bukan berorientasi ke masyarakat miskin. Karena itu, di sisa akhir jabatan periode pertamanya, Bagong berharap Risma bisa melengkapinya dengan maskot program untuk masyarakat miskin.

Tidak hanya memperlihakan komitmen baik moral maupun sosial kepada masyarakat miskin, tapi juga bisa diimbangi dengan program yang teruji di lapangan. Layaknya taman kota dan e-procurement yang bisa direplikasi daerah lain, program Risma untuk masyarakat miskin juga diharapkan bisa terlihat jelas.


Artikel Terkait Tentang :

No comments:

Post a Comment