Tuesday 21 June 2011

NASIP PETANI GAMBIR KABUPATEN 50 KOTA


KEHIDUPAN PETANI MAKIN TERPURUK

LIMAPULUH KOTA , HALUAN — Kehidupan masyarakat petani gambir di Kabupaten Limapuluh Kota, semakin terpuruk.

Pasalnya harga gambir sebagai primadonanya kabupaten itu turun tajam sejak dua minggu terakhir.

Saat ini gambir hanya dihargai pedagang Rp11 ribu per kilogram (kg), padahal harga jual sebelum­nya bisa mencapai Rp22 ribu/kg. Dengan penurunan harga itu, banyak petani beralih ke komoditi kepertanian yang lain.

“Bila harga gambir tetap bertahan seperti yang sekarang, ekonomi masyarakat petani akan sekarat.

Akibat jatuhnya harga ratusan hektar lahan gambir di kawasan Koto Bangun Kecama­tan Kapur IX dan sekitarnya terpaksa ditinggalkan petani, karena biaya operasional termasuk ongkos kampo, lebih tinggi dari harga jual, sehingga petani merugi, “ungkap Walinagari Koto Bangun, Zarul Kasmi kepada Haluan, Kamis (16/6).

Ratusan hektar lahan peng­hasil gambir di Kecamatan Kapur IX akan kembali merimba, akibat lahan gambir tidak dipelihara lagi. Sudah tentu untuk mengolah lahan tersebut kembali akan membu­tuhkan biaya tinggi.

Menurut dia, jatuhnya harga membuat produksi gambir juga jauh menurun, biasanya di Koto Bangun produksi gambir manca­pai 12 hingga 15 ton per minggu, saat ini produksi tidak sampai 1 ton per minggu.

Sehingga pos timbangan gam­bir menganggur, akibat tidak ada lagi petani yang menimbang gambir di tempat itu.

Setelah harga gambir anjlok, para petani setempat menggan­tungkan nasib pada komoditi karet, harga karet juga ikut turun tapi sudah lumayan, dihargai Rp 18 ribu per kg, sebulan lampau sempat mencapai harga Rp20 ribu per kg, sebut Zarul Kasmi.

Walinagari Manggilang Keca­matan Pangkalan Koto Baru, Ridwan menyatakan, di Manggi­lang kegiatan petani mengampo gambir berhenti total selama bulan Juni ini, sehingga saat ini tidak ada lagi gambir yang dijual petani yang berasal dari Mang­gilang.

“Ketika harga gambir men­capai Rp22 ribu kg, produksi gambir Manggilang sampai 30 ton per minggu, kini nol sama sekali, karena harga gambir Manggilang dihargai pedagang Rp10 ribu per kg. Akibatnya petani gambir menagis, dari makan semula tiga kali sehari, kini sebagian mereka sabana sansai, sudah banyak warga yang makan sekali sehari, ulas Ridwan.

Sementara warga yang memi­liki kebun karet sedikit lega, mereka menggantungkan hidup setiap hari dengan hasil penjualan karet. Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, maupun Pem­prov Sumbar hendaknya cepat mencarikan solusi, supaya mas­yarakat khususnya petani gambir di Pangkalan dan Kapur IX tidak kelaparan.

Data yang diperoleh pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Limapuluh Kota, tahun 2010 tanaman gambir seluas 14.682 hektare, dengan produksi 14.600 ton pertahun.

Di kecama­tan Kapur IX luas kebun gambir mencapai 5.698 hektare dengan total produksi 4.986 ton per tahun atau 34 persen dari total produksi Kabupaten Limapuluh Kota.

Untuk kecamatan Pangkalan Koto Baru, luas penanaman gambir mencapai 3.740 hektare dengan total produksi 4.378 ton per tahun. Saat komoditi pri­madona daerah ini mahal, di­perkirakan beredar uang hasil penjualan gambir petani mencapai Rp365 milyar pertahun.sumber : http://www.facebook.com/notes/riwal-antopan/nasip-petani-gambir-kabupaten-50-kota/160393154025939


Artikel Terkait Tentang :

No comments:

Post a Comment